Who Iam ???

on Selasa, 24 Maret 2009

Pada suatu malam, Seorang anak muda yang sedang sakit berat tiba-tiba merasa bahwa ia dibawa ke surga dan berdiri dihadapan Takhta Pengadilan.

“Siapakah engkau itu?” kata suara kepadanya. “aku ini seorang pelajar,” jawabnya. “Aku tidak bertanya apa statusmu, tetapi engkau itu siapa?” “aku anak dari seorang pengusaha terkemuka.” “Aku tidak bertanya engkau anak siapa, tetapi siapa engkau itu?” “aku ini kepala dari organisasi yang menanggani anak yatim piatu” “Aku tidak bertanya apa pekerjaanmu, tetapi siapa engkau itu ?”

Demikianlah seterusnya. tidak peduli apapun jawabannya, rupanya itu bukan jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan : “Engkau itu siapa ?”

Mungkin saja sebagai orang percaya, kita akan menjawab :

“aku ini seorang Kristen.” “Aku tidak menanyakan agamamu, tetapi engkau itu siapa ?.”
“aku ini seorang, yang tiap hari pergi kegereja dan selalu membantu orang miskin dan orang dalam kesulitan.” “Aku tidak menanyakan perbuatanmu, tetapi siapa engkau itu.”

Anak muda itu jelas gagal memberikan jawaban yang memuaskan kepada Suara di Takhta Pengadilan, karena itu, ia dikirim kembali ke dunia. Ketika sembuh dari sakitnya, ia berniat menemukan siapakah dirinya itu, dan hal itu yang membuat segalanya berbeda sama sekali.

Selama kita belum mengenali diri kita sendiri, kita tidak akan bisa merasakan pekerjaan yang sedang Tuhan kerjakan didalam diri kita secara utuh, dan ketidakmengenalan kita atas diri kita sendiri inilah yang menghalangi kita untuk bisa meraih berkat-berkat yang Allah sediakan untuk kita.

Saat kita ditanya mengenai diri kita, kita sering menjawab dengan diplomatis untuk membungkus ketidakmengertian kita : “ Saya adalah Saya.“ Tetapi sesungguhnya, kita adalah ROH. Saat ini, Anda mungkin mengernyit. Ya, kita adalah Roh. Firman Tuhan memang mengatakan bahwa kita adalah manusia dan memang benar demikian. Namun, kita harus mengerti bahwa ada yang menyebabkan manusia itu ada.

Siapakah yang menyebabkan manusia itu ada? Di dalam Kejadian 2:7 mengatakan “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu dan tanah.” Jika pemberitaan firman hanya berhenti dikalimat ini, berarti manusia mati karena Tuhan belum mengembuskan kehidupan. Ayat berikutnya menyebutkan, “Dia mengehembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya.” Demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.

Nafas kehidupan yang dihembuskan Tuhan itu adalah Roh. Karena itu, Tuhan mengatakan dalam firman-Nya bahwa tubuh kita semakin hari semakin merosot, tetapi Roh kita semakin hari semakin kuat, seperti tertulis dalam 2 Korintus 4:16, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Jadi hakikat manusia yang sejati adalah Roh.

Kejadian 1:31 menuliskan : “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik.” Segala yang diciptakan-Nya adalah baik, termasuk roh yang diberikan Allah kepada kita. Apalagi, sebenarnya Dia menaruh Roh-Nya sendiri kedalam kita.

Jika kita telah mengerti akan kebenaran ini, pikiran kita akan terbuka bahwa kita adalah manusia roh, cara berpikir kita pun harusnya “menurut roh”, bukan menurut daging, dan untuk bisa berpikir menurut roh, kita harus mengarahkan pikiran-pikiran kita pada perkara-perkara yang diatas, bukan yang dibumi dan tidak menuruti apa yang menjadi keinginan daging kita!.

Ada satu contoh di alkitab, seorang yang hidup menurut daging, Sehingga tidak bisa menanggapi berkat-berkat Allah. Seperti dikisahkan dalam Yohanes 4:11-14, “Kata perempuan itu kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam. Darimanakah Engkau memperoleh air hidup itu ? Adakah Engkau lebih besar dari bapak kami Yakub yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya? Ia serta anak-anaknya dan ternaknya ?’ Jawab Yesus kepadanya, ‘Barang siapa minum air ini, ia akan haus lagi. Tetapi, barang siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang akan terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal’.”

Dalam pembicaraan antara wanita Samaria dan Yesus ini, kita melihat bahwa wanita itu tidak mengerti perkataan Yesus. Wanita itu berbicara mengenai air dari sumur yang dibuat oleh Yakub, sedangkan Yesus menjawab dengan Roh-Nya. Wanita itu berbicara dengan pikirannya, sedangkan Yesus berbicara dengan kekuatan Roh yang supernatural.

Mengapa bisa demikian?

Karena wanita itu hidup dalam kedagingan. Bagaimana kita bisa tahu wanita itu hidup dalam kedagingan ? Yohanes 4:15-18 menceritakan tentang kehidupan wanita tersebut. “Kata perempuan itu kepada-Nya : ‘Tuhan, berkanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi kesini untuk menimba air.’ Kata Yesus kepadanya : ‘Pergilah, panggilah suamimu dan datang kesini. ‘Kata perempuan itu : ‘aku tidak mempunyai suami.’ Kata Yesus kepadanya : ‘Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu’.”

Wanita itu berbuat dosa dengan mempunyai lima “Suami”. Hidup kedagingan menghalangi Berkat-berkat Allah untuk bisa menjangkau kita.

Terang dan gelap tidak bisa mejadi satu. Dahulu sebagai anak Tuhan aku belum mengerti kehendak Allah dan mungkin banyak yang merasakan seperti itu, dan sekarang bila kita tahu bahwa kita adalah manusia Roh!, maka kita bisa satu pemikiran dengan Allah jika kita meninggalkan hidup kedagingan kita dan meninggalkan manusia lama kita. Sering kali kita bertobat, tetapi masih mengenakan manusia lama kita.

Mengenakan manusia lama berarti masih menyimpan dosa yang kita sukai. Perumpamaan dalam Matius 9:16-17 menyebutkan, “Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”

Kita bisa satu pemikiran dengan Allah bila kita meninggalkan hidup kedagingan kita dan sepenuhnya meninggalkan manusia lama kita, tidak setengah-setengah.

Hal serupa diungkapkan didalam 2Korintus 3:14, “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, kerena hanya Kristus saja yang dapat menyikapkannya.” Bila masih ada selubung yang terus menerus menutupi kita, tak heran bila kita tidak bisa menerima berkat yang Tuhan sediakan, tak heran juga bila kita tidak bisa meraih janji Tuhan.

Sebagai ciptaan-Nya, kita harus berpikir secara Roh karena Allah adalah Roh !!, Dalam 2Korintus 3:17 dengan jelas dikatakan, “Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan.” Amin!, Karena Allah adalah Roh, hidup dan pikiran kita pun harus menurut Roh. Telah dinyatakan bahwa dimana ada Roh Allah disitu ada kemerdekaan. Karena itu bila kita hidup menurut Roh, kitapun beroleh kemerdekaan. Artinya, kita berlimpah dalam kebagiaan, sukacita, damai sejahtera, dan pemulihan dalam berkat Tuhan. Sebaliknya, bila kita hidup berlawanan dengan firman Tuhan, yang kita terima pun sebaliknya.

Kita bisa merenungkan hal itu melalui Yohanes 8:43-44, “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab didalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala pendusta.” Jelas sekali bahwa iblis selalu bertindak atas keinginan dan kehendaknya sendiri.

Bila kita berbuat atas keinginan dan kehendak kita sendiri, berkat Allah tak bisa menjangkau kita. Karena kita adalah manusia Roh, mari kita berpikir secara Roh!!. Jika kita “Satu bahasa” dengan Allah, kita akan bisa menangkap perkataan-perkataan-Nya yang adalah Janji dan pengharapan untuk masa depan kita. Bila kita mengerti “Bahasa” Allah, kita tidak akan berpikir negatif terhadap Allah atas segala yang terjadi dalam hidup kita.

Sebagai Contoh, CS.Lewis pernah menulis bahwa Allah membuat kita, menciptakan kita seperti manusia menciptakan sebuah mesin. Sebuah mobil dibuat agar bisa dijalankan dengan bensin, dan takkan bisa dijalankan dengan baik bila mengunakan bahan bakar lainnya. (C.S.Lewis, dalam buku mere Christianity Montana, 1952 hal.52)

Sekarang, Allah mendesain mesin manusia untuk dijalankan dengan diri-Nya sendiri. Dia adalah bahan bakar jiwa kita. Tidak ada yang lain.!!

Pengetahuan dan kebijaksaan kita sangat terbatas untuk bisa menyelami pikiran dan rencana Tuhan. Karena itu, kita harus selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan hidup dan berpikir menurut Roh. Kedekatan ini akan memampukan kita untuk dapat mengenali kehendak Tuhan atas kita.!

Kita harus memahami bahwa kita adalah Roh!!!. Kecantikan dan keindahan wajah dan tubuh kita hanyalah untuk mempercantik diri kita secara jasmaniah atau badaniah saja! jangan sampai hal itu malah menguasai roh kita.

Sebaliknya, Roh kitalah yang harus menguasai jasmani kita, sehingga kita bisa melihat kemuliaan Allah dalam kehidupan kita. Dan, kita pun dapat merasakan dan menikmati janji-janji-Nya dan berkat-berkat-Nya atas hidup kita yang tidak hanya berkelimpahan, tetapi juga berkelanjutan.!!!

Salam -Joe-

Tambahan diambil dari :
Kesaksian Rudi Gunawan, Juara All England 2x dlm buku
“Hidup tanpa kekurangan”

0 Komentar:

Posting Komentar